Monday, February 1, 2010

Kisah tentang Kampung, Teknologi, dan Kedewasaan

Malam ini kampung saya begitu sunyi.
Sunyi bagaikan kota mati yang ditinggalkan oleh penduduknya.
Well, sebenarnya saya sudah merasakan kesunyian ini jauh-jauh hari.
Saya bingung, kemana mereka?
Kenapa tidak ada yang mengajakku bermain poker lagi?
Kenapa tidak ada ocehan-ocehan itu lagi?
Kenapa tidak ada hujatan kemarahan para orang tua yang melihat anak-anaknya tidak pulang-pulang sejak bermain tadi?
Ada apa dengan kampung ini?



Aku rindu suasana beberapa tahun lalu.
Saat kami, para anak muda di kampung tiap hari asyik bermain, mengoceh seperti burung-burung kelaparan tanpa henti, bersenda gurau, bergunjing, bermain poker, jajan bakso bersama-sama.
Ah, serasa kami hidup hanya untuk bermain saja.

Tapi kini?
Kemana mereka?
Ah!!
Saya rasa saya tahu penyebabnya.
Pasti karena teknologi-teknologi jahanam itu.
Yang menuntut kepraktisan dan kecepatan itu.
Kenapa mesti repot-repot bertemu kalau bisa sms, telepon, FB-an.
Kenapa mesti repot-repot berkotor-kotoran dalam bermain tah nanti paling cuma dimarahi Ibu karena menambah-nambahi cucian, lagipula di dunia maya menyediakan semua permainan modern. Lebih asyik dan tidak perlu berkotor-kotoran.
Is that so?
Argh.

Satu lagi.
Kata para orang tua, "ini saatmu untuk dewasa nak, saat dimana kamu harus bisa mandiri, saat dimana kamu mempersiapkan segala sesuatu untuk menjadi kami kelak, para orang tua."
Benarkah itu?
Banyak teman-teman kampungku yang telah pergi merantau, entah untuk bekerja, ataupun untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi.
Tuhan akupun terpaksa merasakan itu, merantau demi menggapai pendidikan yang lebih tingi, yang notabene adalah bekal untuk menjadi orang tua kelak.
Tuntutan hidupkah ini Tuhan?
Tuhan...Tuhan...Tuhan....
Inikah yang disebut kedewasaan?
Saat dimana kami para anak-anak harus meninggalkan kehidupan kami, keluarga kami, teman-teman kami, bahkan kampung kami hanya untuk menggapai apa yang disebut dengan masa depan dan cita-cita?
Tuhan, aku rindu mereka.



Salam Kupu-kupu.
n.b: ditulis dengan segala kenangan indah tentang teman-teman kampungku. Aku merindukan kalian.

No comments:

Post a Comment