Saturday, August 25, 2012

Jalan-Jalan Seru Bareng Teman KKN Part I : Menghapus Kepenatan di Alun-Alun Kabupaten Demak



Sepertinya postingan saya di bulan Agustus akan diwarnai dengan nuansa Kuliah Kerja Nyata alias KKN yang memang baru-baru saja saya ikuti mulai dari tanggal 16 Juli 2012 sampai 16 Agustus 2012 yang lalu.
Kalau postingan sebelumnya saya membahas seputar kesan KKN dan bagaimana penderitaan saya dikerjain teman-teman setim KKN. Sekarang saya akan membahas salah satu kegilaan kami dalam melepaskan rasa penat yang terasa ketika KKN berlangsung. Ya, apalagi kalau bukan dengan jalan-jalan. Sayangnya, karena jarak Desa tempat kami mengabdi yang cukup jauh dengan mana-mana membuat kami sedikit sekali menghabiskan waktu kami untuk berjalan-jalan. Tapi itu sudah cukup untuk menghilangkan kepenatan dan segala kebosanan yang menghampiri. So let's begin the story man!

Postingan kali ini akan menceritakan pengalaman jalan-jalan kami menghabiskan waktu di malam hari dengan berjalan-jalan ke pusat kota Demak. Sebagai Kabupaten yang mengandalkan objek wisata spiritual sebagai tujuan utama pariwisata di daerah itu membuat kami cukup kebingungan untuk mencari tempat-tempat yang asyik untuk dijelajahi. Setelah berpikir sejenak akhirnya kami sepakat untuk menjadikan alun-alun Kabupaten Demak sebagai tujuan kami menghabiskan malam itu. Selama perjalanan traveling saya, alun-alun merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi begitu menjejakkan kaki di suatu daerah, khususnya di kota-kota kecil yang notabenenya mungkin mall modern saja jarang ada (contohnya: Salatiga! hahah). Di alun-alun inilah biasanya menjadi jujugan bagi masyarakat setempat untuk berkumpul dan menghabiskan waktu santai mereka. Tak ayal alun-alun kota pun kemudian dijubeli oleh berbagai macam pedagang mulai dari pedagang makanan dan minuman, mainan, kerajinan, hingga berbagai komoditas unik lain seperti hewan peliharaan, barang pecah belah dan sebagainya. Saya paling demen ke alun-alun karena biasanya di tempat inilah cara paling mudah untuk menemukan penjual makanan khas suatu daerah tanpa harus capek-capek blusukan ke gang-gang sempit atau jalan kesana kemari mencari alamat sang penjual makanan khas itu. Well, saya sih mau-mau saja sebenarnya, tapi kalau ada yang gampang kenapa cari yang susah? Hahah.

Yeah!

Menurut wikipedia alun-alun/alon-alon merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan berumput dan dikelilingi oleh jalan serta dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat yang beragam. Pada mulanya, alun-alun merupakan tempat berlatih perang, tempat penyelenggaraan sayembara, tempat penyampaian titah atau pesan dari raja serta merupakan tempat hiburan rakyat. Kini alun-alun pun ditata sedemikian rupa, namun tetap mempertahankan komposisi utamanya yakni menjadi pusat administrasi, keagamaan, militer dan pusat sosial budaya masyarakat. Nah, jarak antara desa tempat kami ditempatkan hingga menuju alun-alun Kabupaten Demak biasanya bisa kami tempuh dalam waktu 15-20 menit dengan menggunakan motor. Tidak ada yang berbeda antara alun-alun Kabupaten Demak dengan alun-alun di berbagai kabupaten/kota lain yang pernah saya kunjungi. Bentuknya sama, mungkin satu yang membedakannya karena Kabupaten Demak identik dengan Kota Islam maka di sekeliling lapangan alun-alun dihiasi dengan papan berlampu warna-warni dengan tulisan-tulisan Asmaul Husna (nama-nama/gelar Allah yang baik). Cantik!


Nampang di Depan Asmaul Husna

Kami bersembilan minus Mas Febry yang kebetulan sedang ada acara di Semarang akhirnya menghabiskan malam dengan berwisata kuliner sambil menikmati hiburan dan lalu lalang masyarakat setempat yang memadati alun-alun. Ada yang memutuskan membeli sate ayam, ada yang memutuskan membeli bakso balungan (salah satu makanan khas dari Kabupaten Demak ini, wajib dicoba!) sedangkan saya memutuskan membeli nasi goreng karena memang lagi sakau sama nasi goreng heheh. Wih, alun-alun Kabupaten Demak di malam hari padat banget, padahal waktu itu masih bertepatan dengan bulan ramadhan. Kepadatan juga terlihat di Masjid Agung Demak yang dipenuhi jemaah yang hendak melaksanakan shalat tarawih. Berbagai sarana hiburan bisa dijumpai di alun-alun pada malam hari seperti naik kendaraan genjot hias ataupun bisa naik ATV di dalam lapangan dengan biaya Rp 10.000,00 per 10 menit. Beberapa teman saya sih mencoba menaiki ATV seperti si Putri, Meli, Dito, dan Ratih. Kalau saya mah, lebih memilih nongkrong melihat masyarakat Kabupaten Demak yang hilir mudik sembari sesekali memfoto pasar malam mini yang ada di tengah lapangan. Hohoh.


Demak's Amusement Park LOL

Bahagia itu sederhana. Dan tentunya tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam.
Menghabiskan malam dengan nongkrong di alun-alun Kabupaten Demak merupakan salah satu contoh yang bisa menggambarkan itu semua. Seru loh melihat cara masyarakat setempat bertingkah laku, bertutur kata, dan berbusana hanya dengan bermodalkan duduk manis di pinggir lapangan. Lebih seru lagi kalau ditemani dengan kuliner khas suatu daerah di dekat kita. Jujur, saya ketagihan nongkrong di alun-alun Kabupaten Demak. Buktinya saja saya sudah bolak-balik menyambanginya selama KKN bersama teman-teman setim sekedar untuk melepaskan kepenatan yang melanda. Kalau diberikan kesempatan mengunjungi Kabupaten Demak lagi, pasti tanpa babibu saya akan segera kabur ke alun-alun Kabupaten Demak di malam hari sekedar untuk menikmati suasana malam sambil ditemani kerang goreng, nasi goreng, wedang jahe, sate ayam, atau bakso balungan. Apalagi kalau ditemani pula oleh teman-teman setim KKN huahah. Ah, bahagia memang sederhana.


Salam Kupu-Kupu ^^d

No comments:

Post a Comment