Monday, March 23, 2015

Semarang Contemporary Art Gallery: Ketika Seni Terasa Mengejutkan



Ada sebuah tempat di Kota Semarang yang selalu menarik perhatian saya sejak lama. Sayangnya, kami seperti tak pernah berjodoh. Setiap punya kesempatan untuk menyambangi, saya selalu dihadapkan pada kondisi dimana tempat itu tengah tak beroperasi. Saya tak menyerah. Saya gali informasi banyak-banyak, dan secara tak sengaja menemukan akun instagram mereka. Sejumlah pertanyaan pun saya lontarkan dengan harapan apakah dalam waktu dekat saya bisa mengunjunginya? Postingan kali ini akan mengisahkan kunjungan saya bersama teman jaman SMA, Ika, ke Semarang Contemporary Art Gallery beberapa waktu yang lalu. 

Pagi itu matahari bersinar dengan terik di atas wilayah Kota Lama Semarang. Saya bersama tiga kawan - Ika, Ancha dan Mbak Ulik - memang menjadwalkan kunjungan ke sentra bangunan tua ini dalam petualangan sehari kami di Kota Semarang. Ketiga teman saya penasaran dengan Kota Lama, sedangkan rasa penasaran saya cuma satu: mengunjungi Semarang Contemporary Art Gallery yang kebetulan lokasinya berada di distrik tersebut. Semoga berjodoh. Harapan saya dalam hati.

Dari ketiga kawan, hanya Ika yang kemudian memutuskan untuk ikut masuk bersama saya ke dalam galeri seni itu. Sebuah patung unik yang bagi saya terlihat bagaikan perpaduan antara manusia dan semut menyapa kami tepat setelah memasuki pintu masuk. Di dekatnya, seorang petugas telah menanti untuk mengecap tangan kami sebagai tanda masuk galeri.

Patung manusia semut yang
tengah merenung. :p

Saya dan Ika pun memulai petualangan kami di dalam galeri. Pertama kali saya membaca sejarah singkat bangunan yang dipakai sebagai galeri tersebut. Ah! Rupanya, Peek House yang dari dulu saya penasaran sekali apa fungsinya ternyata merupakan tempat galeri ini. Sejarahnya cukup panjang. Pertama kali berdiri tahun 1822, diruntuhkan dan dibangun gedung baru pada 1918, hingga kemudian tahun 2007 dikonservasi oleh Chris Darmawan - sang pendiri galeri.

Bangunan Semarang Contemporary Art Gallery terdiri atas dua lantai, masing-masing digunakan sebagai ruang pamer. Begitu memasuki lantai pertama, saya langsung dikejutkan dengan kecantikan galeri ini. Tata pencahayaan dan tata ruangnya luar biasa. Dengan lampu kuning atau putih temaram, serta warna dinding dalam galeri yang mayoritas berwarna putih bersih membuat saya merasa nyaman saat berada di dalam sana.

Di lantai pertama, kami berdua langsung disambut oleh karya dari seniman asal Norwegia, Mona Nordaas, yang kebetulan tengah memamerkan hasil karyanya di galeri ini. Hasil karya Mona Nordaas membujur di lantai, berbentuk heksagram dan sangat berwarna. Hebatnya, hasil karya itu dibuat dari barang-barang yang sudah tidak terpakai oleh manusia seperti tusuk gigi, stik es krim, tutup botol, mainan, hingga karet gelang. Mona sejatinya memang menggarisbawahi sikap konsumerisme manusia masa kini.

Mona's Artwork

Saya melihat lebih dekat hasil karya Mona Nordaas. 

Selain karya Mona Nordaas, lantai pertama juga dihuni oleh beberapa hasil karya seniman maupun perupa lainnya. Kebanyakan adalah seniman dari Indonesia. Tentunya ini sesuai dengan tujuan dari dibentuknya galeri yakni sebagai ajang untuk memperkenalkan hasil karya dari seniman-seniman seni kontemporer Indonesia.

Lantai pertama galeri

Ika memperhatikan salah satu
lukisan di lantai pertama dengan seksama

Naik ke lantai dua, saya kembali dikejutkan dengan hasil karya yang ada. Beberapa kali saya mengernyitkan dahi tanda tak mengerti tentang maksud yang hendak diutarakan oleh seniman-seniman itu. Namun setelah mengintip judul tulisan, secercah cahaya terasa menyinari otak ini. Ah, begitu rupanya. Kebanyakan, hasil karya yang dipamerkan di lantai dua terkesan menyindir kondisi negara kita tercinta. Sindiran-sindiran tadi dibalut dengan apik di atas kanvas maupun kain yang digunakan sebagai media oleh para seniman.

Empat lukisan di lantai kedua

Patung di lantai kedua

"Bul, aku mau foto sama masnya",
kata Ika. 

Saya lupa apa judulnya. Sebut saja dia Leo, dan saya
berzodiak Leo. Kebetulan, bukan? :p

Mari tebak-tebakan.
Ada yang tahu maksud lukisan ini?


Dari lantai kedua, saya dan Ika memutuskan menuju ke halaman dalam galeri. Ada sebuah taman kecil nan hijau disana. Halaman dalam ini begitu populer di kalangan pengunjung dikarenakan ada patung besar dan unik yang seolah-olah sudah menjadi icon dari galeri. Patung karya seniman bernama Budi Kustarto dengan judul "Miring Lantai Kanan Tinggi" tampak berdiri seperempat miring di halaman kecil itu. Kami berdua sampai harus mengantri agar bisa berfoto bersama si patung.

The Icon of Semarang Gallery

Patung karya Chen Wenling
di depan toilet galeri

Saya selalu kagum sekaligus iri dengan para seniman. Buat saya, mereka adalah manusia-manusia yang diberkahi oleh kecerdasan yang luar biasa. Kecerdasan yang kadang tak tersentuh oleh pikiran orang biasa seperti saya. Jika diumpamakan, ketika saya dan seniman berada di gedung berlantai sepuluh. Para seniman itu pasti menduduki lantai-lantai paling atas sedangkan saya berada di lantai dasar.

Keterkejutan saya ketika mengunjungi Semarang Contemporary Art Gallery, tak terbatas hanya kepada hasil karya, tata ruang, keramaian maupun kebersihan galeri semata. Namun lebih kepada keterkejutan bahwa banyak sekali manusia dengan bakat luar biasa di sekitar kita. Manusia-manusia yang selama ini namanya mungkin nyaris tak pernah terdengar di telinga. Para manusia yang menurut saya jauh lebih pantas diapresiasi, dibandingkan mereka yang hanya hobi berkata tanpa isi atau mengobral janji di luaran sana. Teruslah berkarya para seniman, teruslah berkarya.


NOTE:
1. Galeri ini beroperasi nyaris setiap hari kecuali Hari Senin, dengan waktu operasi jam 10.00-16.30 WIB.
2. Tiket masuk dikenakan sebesar Rp 10.000,00 per orang.
3. Hasil karya yang ditampilkan di galeri berubah secara berkala, untuk informasi lebih lanjut bisa silahkan mengunjungi website mereka disini.

Sampai jumpa di postingan lain!


Salam Kupu-Kupu ^^d

4 comments:

  1. Dimana letak tempat strategisnya ?
    uang masuk ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di dekat Gereja Blenduk, mas. Uang masuk 10 ribu. :)

      Delete
  2. wah, saya sudah pernah kesana dan tempat nya bagus banget mas. sukak hehe :D

    ReplyDelete